“Teman yang membantu saat dibutuhkan adalah teman yang sebenarnya. A friend in need is a friend indeed”.
Kalimat bijak yang diungkapkan oleh Richard Graham dalam sidang parlemen UK dalam Bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris tersebut, mampu menggugah kepedulian pemerintah Inggris secara khusus dan masyarakat Britania raya secara umum terhadap bencana alam yang terjadi di Palu dan Donggala pada tanggal 28 Sepetember 2018.
Berbagai organisasi kemanusiaan di UK menyampaikan berbagai simpati dengan menggalang donasi bagi siapapun yang ingin membantu meringankan beban para korban. Tak terkecuali dengan Disaster Emergency Committee (DEC) UK, yang bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Aberdeen. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk menggalang mengumpulkan dana bantuan kemanusiaan.
Teriknya matahari musim gugur menjadi saksi kesungguhan para anggota PPI melakukan kegiatan busking pada tanggal 16 oktober 2018 dipusat keramaian kota Aberdeen, Union Square. Dinginnya musim gugur dan terpaan angin Northsea tak menghalangi antusiasme para mahasiswa Indonesia beserta keluarga untuk berpartisipasi dalam acara tersebut. Muhammad Yunan Fahmi, sang ketua PPI Aberdeen periode menyatakan bahwa kegiatan busking ini merupakan salah satu bentuk kepedulian teman – teman pelajar di Indonesia di Aberdeen terhadap bencana di Palu dan sekitarnya. Mahasiwa teknik kelautan ini juga mengungkapkan kepedulian dan doa agar semua korban diberian kekuatan oleh Tuhan untuk menghadapi ujian.
Dengan memakai batik dan pakaian tradisional, para mahasiswa memberikan informasi tentang bencana alam yang terjadi sekaligus menerima donasi. Terlihat banyak para warga sekitar yang berhenti dan menyumbangkan sebagian uang atau sekedar berbincang – bincang menyampaikan rasa empati. Dalam kegiatan busking ini terdapat pengalaman unik tersendiri, yaitu interaksi antara penduduk lokal. Morgan Moray misalnya, seorang warga Aberdeen yang menyumbangkan donasi tetapi sekaligus menyampaikan duka yang mendalam. Selain berbincang – bincang dengan mahasiswa, Moray juga memberikan donat dan kopi panas untuk masing – masing peserta busking.
Kegiatan yang berlangsung sekitar 3 jam ini berhasil mengumpulkan donasi sekitar £800, yang akan disalurkan melalui ACT (Aksi Cepat Tanggap), Human Aid Inisiative, dan Disaster Emergency Committee.
Tak hanya busking, PPI Aberdeen bersama warga Indonesia juga mengadakan kegiatan berupa penjualan makanan khas Indonesia yang diselenggarakan di beberapa Masjid di Aberdeen. Kegiatan tersebut dimulai pada hari Jumat 12 Oktober 2018, dengan menjual dua menu makanan tradisional di Aberdeen Mosque dan Islamic Center (AMIC). Beberapa mahasiswa dan warga membuka lapak didepan teras Masjid dengan berbagai makanan tradisisonal sumbangan warga untuk dijual kepada para pengunjung Masjid. Dalam hitungan kurang dari satu jam, semua makanan habis terjual.
Kegiatan berlanjut keesokan harinya dimana di akhir pekan masjid lebih ramai dari hari biasa karena diselenggarakannya kelas – kelas pembelajaran Islam untuk anak – anak. Kegiatan ini disambut dengan penuh antusias oelh para jamaah masjid. Tak hanya membeli, mereka juga menyalurkan bantuan berupa dana kemanusiaan. Kegiatan ini akan dilanjutkan beberapa minggu kedepan dengan memberikan menu makanan tradisional yang berbeda tiap minggunya.
Kegiatan mingguan ini akan disusul oleh sebuah event besar berupa gala dinner malam amal yang akan diselenggarakan pada bulan November mendatang. Bertempat di Aula Internasional School of Aberdeen (ISA), gala dinner akan menampilkan beberapa kesenenian tradisional seperti tari Lancang Kuning. Kegiatan ini diprakarsai oleh The Indonesian Society Scotland (TISS), perkumpulan warga Indonesia yang tinggal di Scotland.
Penulis; Zeni Rahmawati
Editor; Zeni Rahmawati